Beranda

Rabu, 30 Maret 2011

Menenangkan Angin dan Badai Kehidupan




Markus 4:39

Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.

Saat itu awan gelap menutupi langit dan badai melanda membuat perahu dimana Yesus dan murid-murid-Nya beraada terombang-ambing, dimana gelombang demi gelombang menerpa perahu itu membuat air masuk kedalamnya. Para murid berusaha mendayung dengan sekuat tenaga dimana sebagian lagi membuang air keluar dari perahu. Mereka ingin segera keluar dari badai itu, namun mereka tidak dapat membuat kemajuan apapun – mereka terjebak di tengah-tengah danau yang siap menelan dan menenggelamkan perahu itu.

Para murid itu dalam keadaan panik, mereka dalam keadaan basah kuyup dan ketakutan. Lalu, apa yang Yesus lakukan? Dia tidur dengan tenang! Akhirnya, dalam keadaan putus asa itu, mereka berteriak kepada Yesus: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" (Markus 4:38).

Bagaimana reaksi Anda jika terjebak dalam sebuah badai di danau?

Dalam sejarah hidup saya, seringkali saya merasa tertekan oleh kuatir, mengeluh, atau frustrasi. Yang saya tahu adalah mencoba memperbaiki keadaan secepat mungkin dan mencoba jalan yang paling aman. Mungkin saya berdoa, tetapi secara umum saya mencoba dengan kekuatan saya sendiri. Kenyataan yang saya hadapi adalah badai. Identitas saya berhubungan dengan bagaimana saya bersikap ketika badai dan gelombang menghantam. Solusi saya adalah bekerja keras dan pintar untuk membuat segalanya menjadi lebih baik.

Yang Yesus lakukan ketika badai

Lalu saya melihat apa yang Yesus lakukan ketika menghadapi badai!

Bagaimana mungkin Yesus tidur di perahu yang sedang mengalami badai? Bagaimana Dia bisa begitu santai menghadapi badai yang begitu kuat, dingin yang menusuk tulang, dan para murid yang berteriak-teriak dimana semua orang merasa dalam bahaya besar? Dia bersama rombongannya akan tenggelam! Anda berpikir mungkin Dia santai karena Dia adalah Anak Allah dan diri-Nya tahu bisa menenangkan badai hanya dengan memerintahkannya. Saya pikir bukan karena itu.

Yesus juga seorang manusia. Alkitab menuliskan bahwa Yesus juga mengalami pencobaan sama seperti kita, termasuk kekuatiran dan ketakutan (Ibrani 4:15-16). Dan Dia di cobai untuk membuat segala sesuatunya sesuai dengan keinginannya, tanpa campur tangan Bapa (Matiues 4:1-11).

Sumber kedamaian

Jadi apa jawabannya? Mengapa badai tidak membuat Yesus takut? Bagaimana Dia dapat begitu tenang menghadapi krisis? Karena Dia beristirahat dalam genggaman Bapa yang penuh kasih.

Anda lihat, Yesus bukan sedang berada di dunia yang penuh badai – Dia berada di Kerajaan Sorga yang tidak kelihatan. Apa yang Ia lihat di luar gelombang itu – Dia melihat Bapa-Nya dan para malaikat sedang berada bersama-Nya. Dia tidak hanya mendengar suara guntur dan angin yang menerpa perahu itu – Dia mendengar firman Bapa-Nya. Dia merasakan lebih dari angin dingin dan hujan – Dia merasakan pemeliharaan Bapa.

Jadi ketika Yesus bangun untuk menghadapi badai itu Dia tidak memerintah angina dah gelombang dengan kekuatan-Nya sendiri. Dia mengatakan apa yang Bapa katakana, seperti yang telah biasa Ia lakukan (Yohanes 14: 10,24). Yesus menghadapi berbagai pencobaan, ketidakadilan, dan kesulitan di dalam hidup-Nya tetapi Dia tidak terburu-buru untuk mengatasinya dengan kekuatan-Nya sendiri – sebaliknya Dia mengandalkan Bapa, beristirahat dalam naungan Bapa dan berjalan dalam pimpinan-Nya. Itu sebabnya Yesus bisa begitu tenang menghadapi badai kehidupan. Hati Yesus di penuhi oleh kedamaian Ilahi dan hal itu mengalir keluar – itulah damai yang membuat angin dan gelombang menjadi damai, termasuk jiwa murid-murid-Nya.

Semoga damai Kristus memenuhi jiwa Anda dan membantu Anda untuk beristirahat dalam genggaman tangan Bapa.

Penulis : Bill Gaultiere (Terapis pernikahan dan keluarga).

0 komentar:

Posting Komentar